Salah satu faktor kebangkitan
sepakbola Jepang tak bisa dipungkiri adalah terciptanya tokoh kartun /
anime Captain Tsubasa. Sebuah karya komik manga yang konon telah
menginspirasi Francesco Totti, Hidetoshi Nakata, Fernando Torres,
Cristian Vieri, Zinedine Zidane dan nama-nama besar lainnya untuk
memilih sepakbola sebagai karir mereka.
Di negerinya, kisah Tsubasa adalah inspirasi masyarakat Jepang untuk mencandui sepakbola. Kisahnya yang tidak hanya berputar pada urusan permainan, tetapi juga bagaimana sepakbola
secara luas berjalan memberi inspirasi besar pada orang Jepang untuk
mencintai permainan ini. “Kami telah menguasai segalanya, mulai dari teknologi sampai ekonomi, kini saatnya kami bergaul dengan dunia lewat sepakbola,”
ujar Saburo Kawabuchi, Ketua J-League periode pertama 1991-2002 pada
sambutannya saat meresmikan liga professional pertama di Asia itu.
Lewat komik ini pulalah, Jepang memperkenalkan sepakbola
mereka pada masyarakatnya dan dunia. Melalui karakter yang juga dikenal
di banyak negara sejak era 1980an ini juga tim nasional Jepang
membangun rasa cinta yang besar pada masyarakatnya terhadap Sepakbola.
Manga anime ciptaan Yoishi Takahashi ini bahkan sempat disebut-sebut
sebagai inspirasi terbesar tim Samurai Biru pada perhelatan Piala Dunia
2002 di kandang mereka. “Keberhasilan menembus babak kedua adalah berkat
kerjasama tim, bangsa Jepang dan Kapten Tsubasa!” tegas kapten tim saat
itu pada pers internasional saat merayakan keberhasilan mereka lolos ke
babak kedua melawan Turki.
Selain Captain Tsubasa, komik lain yang juga
memberi inspirasi terhadap kebangkitan sepakbola Jepang adalah manga
Shoot!. Berbeda dengan Captain Tsubasa yang menceritakan mimpi Tsubasa
tampil di Piala Dunia, manga Shoot! lebih jauh bisa menggambarkan
bagaimana sistem pembinaan sepakbola di Jepang. Shoot! menampilkan
turnamen sepakbola SMA Jepang dengan mengetengahkan tim sepakbola SMA
Kakegawa dalam memperjuangkan ambisi mereka merebut tahta juara
kompetisi sepakbola SMA seluruh Jepang. Dari sini kita sudah mulai bisa
memahami kalau sistem pembinaan sepakbola dan juga olahraga lain seperti
baseball (bisa dilihat dalam manga “Pitcher”) Jepang beranjak dari
sekolah, bukan akademi. Di Eropa, pembinaan sepakbola dilakukan oleh
akademi yang dimiliki klub sepakbola, misalnya yang terkenal
menghasilkan banyak pemain top Youth Academy milik Ajax dan Barcelona.
Sebaliknya di Indonesia, meski sepakbola dikenal
sebagai olahraga yang digemari hampir sebagian besar rakyat, tak ada
satupun yang mampu menciptakan tokoh imajinasi yang bisa dijadikan
contoh untuk membangkitkan semangat mencintai sepakbola, lebih dari
sekedar permainan belaka. Memang, belakangan ini di salah satu stasiun
televisi nasional sering ditayangkan sinetron bertema sepakbola,
“Tendangan Si Madun”. Sayangnya, sinetron yang dibintangi oleh Yusuf
Mahardhika, kapten timnas U-14 ini melenceng jauh dari konsep pembinaan
sepakbola. Yang dikedepankan dalam sinetron ini malah unsur komedi (yang
garing) dan imajinasi kekerasan pada anak-anak.Jika pun anak-anak suka
menontonnya, itu tak lebih dari adanya bumbu ‘jurus-jurus sepakbola’,
yang mana sangatlah mustahil terdapat dalam realita sepakbola itu
sendiri.
Beruntunglah Indonesia masih
punya seorang animator yang juga pecinta sepakbola. Lewat tangan dingin
Gaga Anugrah Pangabean dan studio KITA, terciptalah tokoh animasi 3D
bernama Garuda Gemilang. Dalam sinopsisnya diceritakan, Garuda Gemilang
adalah seorang anak kecil berumur 10 tahun. Karena himpitan ekonomi,
maka si Gilang (panggilan akrab Garuda Gemilang) terpaksa untuk berjalan
kaki setiap hari dari rumah. Karena tidak memiliki mainan lain selain
bola kesayangan nya, maka dia pun setiap berangkat dan pulang sekolah
selalu berlari sambil mendribble bola, sehingga dia sudah terbiasa
membawa bola di antara kakinya. Ditemani oleh ayah nya, dan 3 orang
teman setia nya, cerita serial animasi ini membawa kita melihat
perjuangan Gilang untuk masuk Tim Nasional Indonesia, sebuah cita-cita
utamanya.
Melalui serial animasi 3D ini, Gaga Pangabean berharap
bisa menanamkan dan membakar semangat anak-anak kecil (grassroots)
untuk tetap mencintai sepakbola, karena merekalah masa depan sepakbola
Indonesia. Selain itu, di serial animasi ini juga diselipkan pendidikan
tentang pembinaan usia dini melalui cerita salah satu tokoh, yaitu
Dalijo, seorang pelatih sepakbola muda. Dalijo merupakan anak dari
seorang mantan pemain timnas, oleh karena itu Dalijo pun sudah kenyang
didikan ayahnya yang memang keras dan tegas dalam melatih sepakbola,
terlebih lagi terhadap anaknya. Sehingga pada akhirnya Dalijo pun kapok
untuk bermain sepakbola, trauma oleh didikan ayahnya sewaktu kecil.
Namun kecintaan nya kepada sepakbola tidak bisa padam, dan dia memilih
menjadi pelatih Sekolah Sepak Bola. Berperawakan tinggi, kurus. Bersifat
sedikit tegas, dan keras kepala. Kreatif dan bersemangat, memakai
kacamata karena rabun jauh dan sangat sayang kepada motor merah tua nya.
Masuknya tokoh Dalijo yang berprofesi sebagai pelatih SSB ini pun
dimaksudkan untuk menyindir masih banyaknya SSB dan pelatih-pelatih
sepakbola yang masih salah dalam membina usia dini.
Memang sudah banyak sineas
Indonesia yang mengangkat tema sepakbola dalam film-filmnya. Namun,
kesemuanya boleh dibilang hanya menyentuh segmen remaja keatas. Lewat
serial animasi Garuda Gemilang yang menyentuh segmen anak-anak,
sebagaimana pentingnya pembinaan usia dini, Gaga Pangabean dan
kawan-kawan berharap film animasi ini nantinya bisa memberi inspirasi
untuk kebangkitan persepakbolaan Indonesia seperti halnya film animasi
Jepang Kapten Tsubasa yang telah memberi inspirasi Timnas Jepang begitu
hebatnya
2 komentar:
Baik!
trimakasih telah berkunjung... jangan lupa mampir lagi ^_^
Posting Komentar
This Blog Dofollow